Saturday, November 20, 2010

Jatuh Cinta Butuh Waktu Seperlima Detik

jangan biarkan cinta membuatmu bodoh

BAGI Anda yang selama ini tidak percaya dengan istilah cinta pada pandangan pertama, bersiap-siaplah terkejut mendengar hasil penelitian terbaru oleh Profesor Stephanie Ortigue dari Syracuse University. Berdasarkan studi meta-analisis yang dilakukannya, ditemukan bahwa jatuh cinta hanya membutuhkan waktu sekitar seperlima detik.

Studi tersebut mengungkapkan, jatuh cinta bukan hanya dapat menimbulkan perasaan yang sama seperti ketika menggunakan kokain, tapi juga memengaruhi area intelektual otak. Ketika seseorang jatuh cinta, 12 wilayah otak bekerja bersamaan untuk melepaskan zat pemicu eforia seperti dopamin, adrenalin oksitosin, dan vasopression. Perasaan cinta juga memengaruhi fungsi kognitif canggih seperti representasi mental, metafora, dan citra tubuh.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah hati atau otak yang jatuh cinta?

''Itu pertanyaan yang selalu sulit untuk dijawab. Saya akan mengatakan otak, tapi hati juga terkait karena konsep rumit dari cinta dibentuk oleh proses bottom-up dan top-down dari otak ke hati, dan sebaliknya. Misalnya, aktivasi di beberapa bagian otak dapat menimbulkan rangsangan ke jantung, kupu-kupu dalam perut. Beberapa gejala yang kadang kita rasakan sebagai manifestasi hati, kadang-kadang bisa berasal dari otak,'' cetus Ortigue, seperti dikutip situs sciencedaily.com edisi 25 Oktober 2010.

Para peneliti lain juga menemukan, kadar darah dari faktor pertumbuhan syaraf ikut meningkat. Level tersebut secara signifikan lebih tinggi pada pasangan yang baru saja jatuh cinta. Molekul yang terlibat ini memainkan peran penting dalam fenomena 'cinta pada pandangan pertama.'

''Hasil ini mengonfirmasi bahwa cinta memiliki dasar ilmiah,'' ujar Ortigue.

Di sisi lain, temuan ini memiliki implikasi besar bagi ilmu syaraf dan penelitian kesehatan mental. Sebab, ketika cinta kandas, hal itu bisa menjadi penyebab signifikan dari stres emosional dan depresi. Dengan memahami alasan kita jatuh cinta dan begitu patah hati, kata Ortigue, diharapkan dapat ditemukan terapi baru untuk menyembuhkannya. Dengan mengidentifikasi bagian otak yang dirangsang oleh cinta, para dokter dan terapis dapat lebih memahami rasa sakit pasien akibat cinta. mediaindonesia.com

artikel cinta

0 comments:

Post a Comment

 

© 2011 cinta oh cinta... - ToS | Privacy Policy | Sitemap

About Us | Contact Us | Write For Us