Saturday, November 20, 2010

Menuju Pernikahan Happily Ever After

jangan biarkan cinta membuatmu bodoh

awalnya cinta, kemudian menikah, tapi dalam beberapa tahun ke depan mulai ada ranjau yang siap meledakkan rumah tangga Anda.

Jajak pendapat Woman's Day dan AOL Living mengungkapkan bahwa 72 persen wanita yang disurvei mempertimbangkan untuk meninggalkan suami mereka pada beberapa titik masa pernikahan. Meski demikian, sebanyak 71 persen di antaranya menyatakan masih ingin menjalin hubungan dengan suami mereka hingga akhir hayat.

Memang, setiap dekade pernikahan akan memiliki cerita drama sendiri, baik soal pengasuhan anak, PHK, karier, kecemasan menjelang usia setengah baya, kesehatan, dan sebagainya.

Kalau Anda termasuk di antaranya, terdapat tip mempertahankan pernikahan di setiap langkah hingga mencapai garis finish yang diharapkan. Berikut, seperti diulas Health.

Memiliki rencana keuangan

Hampir 40 persen orang menikah mengaku berbohong kepada pasangan mereka tentang pembelian, menurut jajak pendapat pada 2004. Setelah itu, kesengsaraan soal uang dengan cepat mengusik kebahagiaan pernikahan Anda.

Faktanya, uang adalah alasan utama pertengkaran pasangan, dan hubungan cenderung jadi menderita selama kondisi keuangan memburuk. Idealnya, Anda harus diskusi dan menyepakati beberapa aturan keuangan keluarga sebelum menikah.

Jangan khawatir jika Anda seorang pemboros dan pasangan cenderung pelit.

"Mungkin bukan hal baik untuk memiliki filosofi yang sama persis tentang uang," kata Ken Robbins MD, profesor klinis psikiatri di University of Wisconsin-Madison.

"Tapi, masalah keuangan sangat tepat untuk diatasi sejak dini. Anda bisa memutuskan siapa yang akan membayar tagihan, berapa banyak pengeluaran bulanan, dan bagaimana cara Anda akan melacak semua." Jelasnya.

Bicarakan soal aturan keluarga

Pasangan menghabiskan 5-10 tahun pertama pernikahan untuk menemukan pola peraturan dalam keluarga yang akhirnya bisa efektif.

"Orang sering tidak menyadari bahwa mereka menikah dihadapkan pula pada aturan keluarga secara umum yang berpengaruh pada keluarga sendiri; apakah mereka menyukainya atau tidak," kata Dr Robbins.

Sebuah studi pada 2004 menemukan bahwa cara pasangan mengelola tanggung jawab sebagai orangtua ketika anak masih bayi dikaitkan dengan kualitas pernikahan mereka pada 2,5 tahun kemudian.

"Anda perlu menemukan cara untuk bisa hidup bahagia bersama sambil tetap memenuhi kebutuhan diri," kata Dr Robbins.

Jadikan seks sebagai prioritas, bukan pekerjaan

Pasangan menikah rata-rata berhubungan intim 58 kali per tahun, atau sedikitnya lebih dari sekali dalam sepekan. Dan studi delapan tahun terakhir menemukan bahwa 90 persen pasangan mengalami penurunan kepuasan pernikahan setelah kelahiran anak pertama mereka.

“Sebenarnya, tidak masalah apakah Anda berhubungan intim lima kali sepekan atau lima kali setahun selama Anda berdua bahagia,” kata Andrew Goldstein MD, dokter kandungan dan ginekolog di Johns Hopkins School of Medicine, Baltimore.

Bahkan, sebuah penelitian pada 2008 menemukan bahwa pasangan yang menjalin keintiman pernikahan—segalanya mulai dari memegang tangan hingga berhubungan seks—menunjukkan tingkat hormon stres lebih rendah.

Bersikap fleksibel

Apapun pengaturan keuangan dan rumah tangga yang Anda sepakati saat awal pernikahan, kemungkinan besar itu akan berubah pada beberapa titik dalam pernikahan Anda.

Yang penting, lakukan diskusi secara terbuka untuk membicarakan tugas-tugas rumah tangga yang perlu diubah agar Anda berdua bisa melewati masa transisi yang sulit.

"Setiap orang memiliki peran dalam hubungan dan selama untuk kebaikan bersama, pertanyaannya bukan tentang apakah itu uangnya atau uang Anda, tapi uang kita,” kata Dr Goldstein.

Perhatikan lingkar pinggang Anda

Anda beranggapan, setelah menikah, urusan berat badan tidak lagi penting. Anda salah! Kalau lingkar pinggang menjadi tak terkontrol, masalah yang muncul kemudian adalah daya tarik seksual dan kesehatan. Sebuah studi 2007 yang diterbitkan New England Journal of Medicine menemukan bahwa kemungkinan Anda bertambah gemuk meningkat sebesar 37 persen jika pasangan Anda juga gemuk.

Janji "sampai kematian memisahkan kita" ingin Anda pegang dalam pernikahan tentu tidak termasuk isu-isu kesehatan, seperti penyakit jantung, diabetes, dan sebagainya. Yang penting bukan usia Anda, tapi kualitas hidup yang Anda miliki dalam pernikahan.

Mulailah membangun kebiasaan makan yang sehat. Memang, mengendalikan berat badan tidak sesederhana mengonsumsi makanan sehat bersama pasangan. Sebab, godaan makan di luar dengan orang di luar pasangan dapat menyebabkan Anda mengonsumsi 33 persen lebih dari yang Anda makan saat bersama pasangan yang sama-sama berkomitmen hidup sehat. Sebisa mungkin untuk makan buatan sendiri. okezone.com

berita cinta, Happily Ever After, Menuju Pernikahan

0 comments:

Post a Comment

 

© 2011 cinta oh cinta... - ToS | Privacy Policy | Sitemap

About Us | Contact Us | Write For Us