Saturday, October 16, 2010

Dari Muhammad untuk Fatimah

jangan biarkan cinta membuatmu bodoh

Ahad, 28 Maret, aku menangis. Tak ada yang tau pasti kenapa aku menangis,hanya Allah dan jiwakulah yang tau semua itu. Malam ini,sebelum pergi ke alam mimpi,kau bertanya kepada ku “Maaf kak,kakak ada rasa sama saya” Allahu Akbar,sungguh,saat itu, jantung ku terasa berhenti sejenak beberapa saat.

Walaupun lewat washilah, namun suaramu begitu jelas, jelas sekali. Seolah-olah kau menggenggam jantungku erat dan tak mau kau lepaskan lagi. Aku belum pernah merasakan semua ini sebelumnya. Memang, aku mencintaimu, namun baru kali ini aku rasakan ada orang lain yang mencintaiku. Awalnya aku bingung, ingin berkata apa, dan sejurus kemudian aku berkata lirih “ Ya, aku mencintaimu”. Kudengar, kau mengucapkan syukur pada Allah. Seperti menerima suatu anugrah yang sangat besar. Lalu ku katakan kepadamu, bahwa aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanyalah orang biasa yang banyak kelebihannya, dan kau menerimaku apa adanya, atas nama cinta, katamu.

Lalu, kau meminta kita membuat janji, atas nama cinta. Janji tuk setia, selalu mencintaimu, bersamamu, tidak akan mengecewakanmu.

Sebenarnya, tidak ada yang tau, kapan cinta akan tumbuh, berkembang, berbunga, mulai berbuah, layu dan mati. Namun, anehnya, aku menyetujuinya. Atas nama cinta, kita berjanji. Tidak saksi malam itu, kecuali Allah yang Maha Tahu. Di atas kertas hati, lita ukir janji itu. Cincin ketulusan dan kesetiaan, kita kaitkan ke jari kita. Allah, malam itu begitu berat, sakral namun begitu indah.

Namun ku sadar, bahwa yang kuhadapi ini bukanlah hal yang biasa. Aku merasa harus dihadapkan pada sebuah gunung yang tinggi dan harus kudaki. Gunung itu besar, besar sekali, aku merasa hanya sebagai makhluk yang remeh, kecil dan tak berdaya. Itulah kenapa aku menangis. Aku takut sekali, cintaku tak mungkin bertahan selamanya. Aku hanya manusia. Makhluk lemah, ringkih, dan tak punya apa-apa, kecuali semangat cintaku ini. Itulah kenapa aku menangis, mengaharap rahmat dan rida dari Allah, Dzat yang Maha Kuat dan Perkasa. Yang kurasakan, pagi itu, hanya ada aku, Allah dan perasaanku saja, Allah….

Lalu, kucoba melalui hari-hari bersamamu. Memang benar apa kata orang, bahwa cinta dapat membuat semuanya menjadi indah. Tak ada yang tahu, kalau kita sedang jatuh cinta. Mereka hanya tau, kita menjadi orang yang suka melamun, melankolis, dan penuh perasaan. Itulah cinta. Saat kau butuh aku, aku selalu ingin menjadi orang yang pertama ada untukmu, bagaimanapun caranya. Atas nama cinta. Saat itu, di fikiranku hanya ada kamu seorang. Saat aku shalat, aku bayangkan, kita shalat berjama’ah, kemudian usai shalat, kau mencium tanganku. Saat ku mengkaji Qur’an, kubayangkan, kau melantunkan ayat-ayat Allah itu untukku. Ya, semua terasa indah jika bersama cinta.

Hari-hari indahku bersamamu begitu membekas di setiap nafas dan nadiku. Doaku, selalu ada namamu, cinta dan hubungan ini, dan semua tentang dirimu. Namun, entah kenapa, semakin ku jauh melangkah bersamamu, kau semakin lelah. Aku tak tau pasti, namun kurasakan, kau egois, sombong, tak menghargai orang lain, dan semoga ini tidak benar. Kau layaknya seorang ratu yang bebas meminta apapun, sedangkan aku adalah budakmu. Hampir, setiap aku datang kepadamu, bukan kata rindu yang kau ucapkan, namun kata kekecewaan. Tidakkah kau tahu, bahwa aku sudah sangat berusaha untuk memenuhi sagala keinginanmu? Namun, kelihatannya, kau tidak peduli. Kau hanya siuk dengan perasaanmu saja. Dan karena itu pula, kau pernah memutuskan hubungan ini. Jujur, aku tak mungkin bisa kehilanganmu.

Lalu, ku coba lagi merayumu, membujukmu, dan akhirnya, kau katakan masih mencintaiku. Satu kali, dua kali, tiga kali, entah, sudah berapa kali hubungan ini menjadi korban keegoisanmu. Dan aku selalu berusaha bertahan. Selalu berusaha mengemis sebuah perasaan yang bernama cinta kepadamu. Namun, semakin ku berusaha mengejarmu, ada suatu rasa yang lain, yang bisa menutup semuanya. Perlahan, cinta itu tertutupi oleh rasa benci, pengorbanan oleh rasa dendam, dan ketulusan oleh amarah.

Perelahan, kumulai lelah akan semua ini. Dan itulah kenapa, saat yang kesekian kalinya hubungan ini kandas, ku sudah tidak berupaya tuk memperbaikinya. Hatiku sakit, sakit sekali. Pernah, ku ingin pergi saja dari hidupmu, namun tak pernah kulakukan hal itu.

Lalu, kucoba mencari lagi diriku yang dulu. Saat itu, hidupku hancur. Tak tentu arah, tak ada lagi tujuan tuk kemana. Lalu, ku koreksi diriku, berbenah diri, meminta petunjuk pada Ilahi. Kemudian, kutemukan jawaban atas semua ini. Cintaku kepadamu sudah tidak murni lagi, cinta ini sudah ditunggangi oleh nafsu. Hakikat cinta adalah anugerah, putih, bersih, dapat menjadi obat, bukan malah membuat luka. Allah menciptakan semua alam ini, juga atas dasar cinta. Cinta Allah kepada makhlukNya, terutama kepada Nabi Paling Mulia, Muhammad SAW. Rosulullah, beliau begitu cinta kepada Allah, sehingga beliau rela berkorban demi tegaknya kalimah Tauhid.

Cinta itu fitrah, cinta itu murni dan suci. Cinta adalah anugerah. Cinta adalah obat, namun jika nafsu telah menungganginya, dia akan menjadi racun yang sulit ditemukan obatnya. Dan obatnya adalah, mengembalikan fungsi cinta sebagai obat. Ibnu Athaillah berkata “Tidak ada yang bisa mengusir syahwat selain rasa takut kepada Allah, yang menggetarkan hati. Atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana.” Lalu, kucoba kembali menjernihkan fikiranku. Membersihkan perasaanku kepadamu agar fitrah kembali. Kembali menjadi indah. Dan sejak saat itu, ku bertekad, walaupun apa statusku bersamamu, ku akan selalu berusaha mewujudkan impian cinta kita, apapun statusku denganmu.

Insya Allah, jika tiba waktunya, aku kan datang ke bumi cintamu, mengkhitbahmu, dan akan selalu bersamamu. Namun, aku kan tetap bersarah diri kepada Allah, karena hatiku, hatimu, dan hidup kita hanyalah milik Allah. Hidup adalah putaran tasbih yang terus berputar, yang di setiap butirnya, terlantun kalimat kalimat Allah yang indah.

Dan di manapun kita mulai, di tempat itulah kita kan kembali, kembali kepada Allah. Dan ku katakan lagi, Fatimah, aku mencintaimu, lebih dari apa yang kau rasakan, ku berkorban untukmu, lebih dari yang kau tahu. Dan semoga, cinta ini kan selalu fitrah, suci, murni dan indah. Dan semoga, Allah merahmati cinta kita, dan semoga kita seling mencintai, karena kita cinta kepada Allah, Allah dan RosulNya, Muhammad, Shallallahu ‘alaihi wasallam…
suaramerdeka.com

cinta, Dari, Fatimah, Muhammad, muhasabah cinta, untuk

0 comments:

Post a Comment

 

© 2011 cinta oh cinta... - ToS | Privacy Policy | Sitemap

About Us | Contact Us | Write For Us